Showing posts with label Ringkasan Materi Matematika. Show all posts
Showing posts with label Ringkasan Materi Matematika. Show all posts
Cara Termudah Mengubah Pecahan Desimal menjadi Pecahan Biasa

Cara Termudah Mengubah Pecahan Desimal menjadi Pecahan Biasa

Cara Termudah Mengubah Pecahan Desimal menjadi Pecahan Biasa- Bagaimana cara yang paling praktis untuk mengubah pecahan desimal ke pecahan biasa ?, untuk mengubah bilangan pecahan desimal menjadi pecahan biasa harus memperhatikan jumlah angka yang ada di belakang komanya suatu pecahan desimal. Jadi, ubahlah pecahan desimal menjadi pecahan persepuluhan, perseratusan, perseribuan, dan seterusnya.

Adapun ketentuannya mengubah bilangan pecahan desimal menjadi pecahan biasa adalah sebagai berikut :

1. Jika pada pecahan desimal ada 1 ( satu ) angka di belakang koma, maka jadikanlah ke pecahan biasa persepuluhan.

Contoh :

a. Ubahlah pecahan 0,5 ke bentuk pecahan biasa !

Langkah-langkah penyelesainnya:
  • hilangkan tanda koma, sehingga menjadi 05 ( ingat, angka nol di depan bilangan tidak perlu ditulis ). Mengapa komanya bisa dihilangkan?, ini karena 0,5 dikalikan dengan 10, jadi tidak asal menghilangkan koma ( 0,5 x 10 = 5 ). Jadikan angka 5 sebagai pembilang. Jadi, sampai langkah ini, sudah tertulis 5/...
  • karena jumlah angka pada pecahan 0,5 hanya ada satu angka yang berada di belakang koma, maka berarti pecahan biasanya berupa pecahan persepuluhan. Dalam artian gunakan angka 10 sebagai penyebutnya, sehingga menjadi 5/10
Jadi, bentuk pecahan biasa dari pecahan desimal 0,5 adalah  5/10. Namun karena pecahan 5/10 masih bisa disederhanakan, maka sederhanakanlah terlebih dahulu.

5/10 : 5 = 1/2

Kemudian, mana yang benar bentuk pecahan biasa dari 0,5 ?, jawabannya adalah sama-sama benarnya, jadi tergantung bentuk kalimat pertanyaannya atau soalnya. Misalnya:

#1). Sebutkan 2 pecahan yang merupakan bentuk pecahan biasa dari pecahan desimal 0,5 !
Jawab: 5/10 dan 1/2. Bisa juga dijawab dengan pecahan biasa yang senilai dengan 1/2 lainnya.

#2). Di bawah ini merupakan bentuk pecahan biasa dari 0,5 !
     a. 1/5    b. 1/50    c. 1/2    d. 1/20

Pada soal pilihan ganda, umumnya pembuat soal dalam , memberikan item pilihan berupa bentuk yang paling sederhana dari suatu pecahan. Namun bisa jadi pembuat soal memberikan pilihan yang lain. Sebagai contoh, terkait soal di atas, pembuat soal bisa juga mengganti pecahan 1/2 menjadi 5/10.

#3). Ubahlah pecahan 0,5 menjadi pecahan biasa !
Jawab: 0,5 = 5/10 = 1/2 ( nah, ini dia jawaban yang super lengkap ).

b. Ubahlah 1, 5 ; 1, 6 ; 2, 7 ;  3, 2 ; 4, 8 ; 5,6 ; 6, 9 ; 7, 1, 8, 5, dan 9, 9 menjadi pecahan biasa !

Jawab:
  • 1, 5 = 15/10 
  • 1, 6 = 16/10
  • 2, 7 = 27/10
  • 3, 2 = 32/10
  • 4, 8 = 48/10
  • 5,6 = 56/10
  • 6, 9 = 69/10
  • 7, 1 = 71/10
  • 8, 5 = 85/10
  • 9, 9 = 99/10
Jawaban 1, 5 = 15 /10 dan lainnya tidak perlu diubah menjadi pecahan campuran karena jenis perintah dalam soal hanya suruh mengubah ke pecahan biasa.

2. Jika pada pecahan desimal ada 2 ( dua )  angka di belakang koma, maka jadikanlah ke pecahan biasa perseratusan.

Contoh soal :

a. Ubahlah 0,25 menjadi bentuk pecahan biasa !

Langkah-langkah penyelesainnya:
  • karena di belakang koma ada dua angka, maka kalikan 0,25 dengan angka 100 ( 0, 25 X 100 = 25 ) dan jadikan 25 sebagai pembilang, sehingga 25/...
  • karena jumlah angka pada pecahan 0,25 hanya ada 2 angka yang berada di belakang koma, maka berarti pecahan biasanya berupa pecahan perseratusan. Dalam artian gunakan angka 100 sebagai penyebutnya, sehingga menjadi 25/100 
  • karena 25/100 masih bisa disederhanakan, maka sederhanakan ke bentuk pecahan biasa yang paling sederhana, sehingga 25/100: 25 = 1/4
 Jadi, bentuk pecahan biasa dari 0, 25 = 25/100 = 1/4

b. Ubahlah 0, 75 ; 1, 25 ; 2, 25  menjadi bentuk pecahan biasa !

Jawab:
  • 0,75 = 75/100 = 3/4
  • 1,25 = 125/100 =  5/4
  • 2,25 = 225/100 = 9/4
3. Jika pada pecahan desimal ada 3 ( tiga ) angka di belakang koma, maka jadikanlah ke pecahan biasa perseratusan.

Contoh soal :

Ubahlah 0,125 menjadi bentuk pecahan biasa ! 

Langkah-langkah penyelesainnya:
  • karena di belakang koma ada 3 angka, maka kalikan 0,125 dengan angka 1000 ( 0, 125 X 1000 = 125 ) dan jadikan 125 sebagai pembilang, sehingga 125/...
  • karena jumlah angka pada pecahan 0,125 ada  3 angka yang berada di belakang koma, maka berarti pecahan biasanya berupa pecahan perseribuan. Dalam artian gunakan angka 1000 sebagai penyebutnya, sehingga menjadi 125/1000
  • karena 125/1000 masih bisa disederhanakan, maka sederhanakan ke bentuk pecahan biasa yang paling sederhana, sehingga 125/1000 = 1/8
 Jadi, bentuk pecahan biasa dari 0, 125 = 125/1000=25/200 = 5/40 =1/8

Demikian tentang Cara Mengubah Pecahan Desimal menjadi Pecahan Biasa. Semoga bermanfaat. Lihat juga Materi Matematika SMP Sifat Distributif Bentuk Aljabar
Pengertian, Contoh, dan Cara Mencari Pecahan yang Senilai

Pengertian, Contoh, dan Cara Mencari Pecahan yang Senilai

Pengertian, Contoh, dan Cara Mencari Pecahan yang Senilai- Pecahan senilai adalah pecahan yang memiliki nilai sama dengan pecahan lain. Cara mencari atau menentukan pecahan yang senilai dapat dilakukan dengan mengalikan dan/atau membagi dengan bilangan yang sama.

Daftar Contoh Pecahan yang Senilai dengan 1/2, 1/3, 2/3, 1/4, 2/4, 3/4, 1/5, 2/5, 3/5, 4/5, 1/6, 2/6, 3/6, 4/6, 5/6, 1/7, 2/7, 3/7, 4/7, 5/7, 6/7, 1/8, 2/8, 3/8, 4/8, 5/8, 6/8, 7/8, 1/9, 2/9, 3/9, 4/9, 5/9, 6/9, 7/9, 8/9, 1/10, 2/10, 3/10, 4/10, 5/10, 6/10, 7/10, 8/10, 9/10, dan Cara Mencarinya, sebagai berikut:

1. Pecahan yang nilainya sama dengan 1/2 ( satu per dua )
Pecahan yang senilai dengan 1/2 ( satu per dua/setengah ) adalah 2/4, 3/6, 4/8, 5/10, 6/12, 7/14, 8/16, 9/18, 10/20, 11/22, 12/24, 13/26, 14/28, 15/30, 16/32, 17/34, 18/36, 19/38, 20/40, 21/42, 22/44, 23/46, 24/48, 25/50, 26/52, 27/54, 28/56, 29/58, 30/60, 31/62, 32/64, 33/66, 34/68, 35/70, 36/72, 37/74, 38/76, ...

Contoh soal:
Sebutkan 3 pecahan yang senilai dengan 1 per 2  !

Cara mencari pecahan yang nilainya sama dengan 1/2:

a. Kalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama, contoh :

1/2 x 2 = 2/4
1/2 x 3 = 3/6
1/2 x 4 = 4/8

b. Bagilah pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama ( cara ini sama dengan cara menyederhanakan pecahan), contoh :

2/4 : 2 = 1/2
3/6:  3 = 1/2
4/8 : 4 = 1/2

2. Pecahan senilai 1/3 ( satu per tiga )
Untuk mendapatkan pecahan yang senilai dengan 1 per 3, kalikan  atau bagilah 2/3 dengan bilangan yang sama, contoh:

a. 1/3 dikalikan dengan 2, 3, 4, dan seterusnya

1/3 x 2 = 2/6
1/3 x 3 = 3/9
1/3 x 4 = 4/12

b. Bagilah pecahan yang nilainya 1/3 dengan bilangan yang sama , contoh:

2/6 : 2 = 1/3
3/9 : 3 = 1/3
4/12 : 4 = 1/3
5/15 : 5 = 1/3
6/18 : 6 = 1/3

Jadi, pecahan yang senilai dengan 1/3 ( satu per tiga / sepertiga ) adalah 2/6, 3/9, 4/12, 5/15, 6/18, 7/21, 8/24, 9/27, 10/30, 11/33, 12/36, 13/39, 14/42, 15/45, 16/48, 17/51, 18/54, 19/57, 20/60, 21/63, 22/66, 23/69, 24/72, 25/75, 26/78, 27/81, 28/84, 29/87, 30/90, 31/93, 32/96, 33/99, ...

3. Pecahan senilai 2/3 ( dua per tiga )
Pecahan yang senilai dengan dua per tiga ( 2/3 ) adalah  4/6, 6/9, 8/12, 10/15, 12/18, 14/21, 16/24, 18/27, 20/30, 22/33, 24/26, 26/39, 28/42, 30/45, 32/48, 34/51, 36/54, 38/57, 40/60, 42/63, 44/66, 46/69, 48/72, 50/75, 52/78, 54/81, 56/84, 58/87, 60/90, 62/93, 64/96, ...

4. Pecahan senilai 1/4 ( satu per empat )
Pecahan yang senilai dengan 1 per 4 adalah 2/8, 3/12, 4/16, 5/20, 6/24, 7/28, 8/32, 9/36, 10/40, 11/44, 12/48, 13/52, 14/56, 15/60, 16/64, 17/68, 18/72, 19/76, 20/80, 21/84, 22/88, 23/92, 24/96, 25/100, ...

5. Pecahan senilai 2/4 ( dua per empat )
Pecahan senilai 2/4 sama dengan pecahan senilai 1/2, 3/6, 4/8, ...

6. Pecahan senilai 3/4 ( tiga per empat )
Pecahan yang senilai dengan 3/4 ( tiga per empat ) yaitu  6/8, 9/12, 12/16, 15/20, 18/24, 21/28, 24/32, 27/36, 30/40, 33/44, 36/48, 39/52, 42/56, 45/60, 48/64, 51/68, 54/72, 57/76, 60/80, 63/84, 66/88, 69/92, 72/96, ...

7. Pecahan senilai  1/5 ( satu per lima )
Pecahan yang senilai dengan 1 per 5 yaitu 2/10, 3/15, 4/20, 5/25, 6/30, 7/35, 8/40, 9/45, 10/50, 11/55, 12/60, 13/65, 14/70, 15/75, 16/80, 17/85, 18/90, 19/95, 20/100, ...

8. Pecahan senilai 2/5  ( dua per lima )
Pecahan yang senilai denga 2 per 5 yaitu 4/10, 6/15, 8/20, 10/25, 12/30, 14/35, 16/40, 18/45, 20/50, 22/55, 24/60, 26/65, 28/70, 30/75, 32/80, 34/85, 36/90, 38/95, 40/100, ...

9. Pecahan senilai 3/5 ( tiga per lima )
Pecahan yang senilai denga 3 per 5 yaitu 6/10, 9/15, 12/20, 15/25, 18/30, 21/35, 24/40, 27/45, 30/50, 33/55, 36/60, 39/65, 42/70, 45/75, 48/80, 51/85, 54/90, 57/95, 60/100, ...

10. Pecahan senilai 4/5 ( empat per lima )
Pecahan yang senilai dengan 4 per 5 yaitu 8/10, 12/15, 16/20, 20/25, 24/30, 28/35, 32/40, 36/45, 40/50, 44/55, 48/60, 52/65, 56/70, 60/75, 64/80, 68/85, 72/90, 76/95, 80/100, ...

11. Pecahan senilai 1/6 ( satu per enam )
Pecahan yang senilai dengan 1 per 6 yaitu 2/12, 3/18, 4/24, 5/30, 6/36, 7/42, 8/48, 9/54, 10/60, 11/66, 12/72, 13/78, 14/84, 15/90, 16/96, ...

12. Pecahan senilai 2/6 ( dua per enam )
Pecahan yang senilai dengan 2 per 6 sama dengan pecahan yang senilai dengan 1/3

13. Pecahan senilai 3/6 ( tiga per enam )
 Pecahan yang senilai dengan 3 per 6 sama dengan pecahan yang senilai dengan 1/2

14. Pecahan senilai 4/6 ( empat per enam )
Pecahan yang senilai dengan 4 per 6 sama dengan pecahan yang senilai dengan 2/3

15. Pecahan senilai 5/6 ( lima per enam )
Pecahan yang senilai dengan 5 per 6 yaitu 10/12, 15/18, 20/24, 25/30, 30/36, 35/42, 40/48, 45/54, 50/60, 55/66, 60/72, 65/78, 70/84, 75/90, 80/96, ...

16. Pecahan senilai 1/7 ( satu per tujuh )
 Pecahan yang senilai dengan 1 per 7 yaitu 2/14, 3/21, 4/28, 5/35, 6/42, 7/49, 8/56, 9/63, 10/70, 11/77, 12/84, 13/91, 14/98, ...

17. Pecahan senilai 2/7 ( dua per tujuh )
Pecahan yang senilai dengan 2 per 7 yaitu 4/14, 6/21, 8/28, 10/35, 12/42, 14/49, 16/56, 18/63, 20/70, 22/77, 24/84, 26/91, 28/98, ...

18. Pecahan senilai 3/7 ( tiga per tujuh )
Pecahan yang senilai dengan 3 per 7 yaitu 6/14, 9/21, 12/28, 15/35, 18/42, 21/49, 24/56, 27/63, 30/70, 33/77, 36/84, 39/91, 42/98, ...

19. Pecahan senilai 4/7 (empat per tujuh )
Pecahan yang senilai dengan 4 per 7 yaitu 8/14, 12/21, 16/28, 20/35, 24/42, 28/49, 32/56, 36/63, 40/70, 44/77, 48/84, 52/91, 56/98, ...

20. Pecahan senilai 5/7 ( lima per tujuh )
Pecahan yang senilai dengan 5 per 7 yaitu 10/14, 15/21, 20/28, 25/35, 30/42, 35/49, 40/56, 45/63, 50/70, 55/77, 60/84, 65/91, 70/98, ...
 

21. Pecahan senilai 6/7 ( enam per tujuh )
Pecahan yang senilai dengan 6 per 7 yaitu 12/14, 18/21, 24/28, 30/35, 36/42, 42/49, 48/56, 54/63, 60/70, 66/77, 72/84, 78/91, 84/98, ...

22. Pecahan senilai 1/8 ( satu per delapan )
Pecahan yang senilai dengan 1 per 8 yaitu 2/16, 3/24, 4/32, 5/40, 6/48, 7/56, 8/64, 9/72, 10/80, 11/88, 12/96, ...

23. Pecahan senilai 2/8 ( dua per delapan )
Pecahan yang senilai dengan 2 per 8 sama dengan pecahan yang senilai dengan 1/4

24. Pecahan senilai 3/8 ( tiga per delapan )
Pecahan yang senilai dengan 3 per 8 yaitu 6/16, 9/24, 12/32, 15/40, 18/48, 21/56, 24/64, 27/72, 30/80, 33/88, 36/96, ...

25. Pecahan senilai 4/8 ( empat per delapan )
Pecahan yang senilai dengan 4 per 8 sama dengan pecahan yang senilai dengan 1/2, 2/4, ...

26. Pecahan senilai 5/8 ( lima per delapan )
Pecahan yang senilai dengan 5 per 8 yaitu 10/16, 15/24, 20/32, 25/40, 30/48, 35/56, 40/64, 45/72, 50/80, 55/88, 60/96, ...

27. Pecahan senilai 6/8 ( enam per delapan )
Pecahan yang senilai dengan 6 per 8 sama dengan pecahan yang senilai dengan 2/3

28. Pecahan senilai 7/8 ( tujuh per delapan )
Pecahan yang senilai dengan 7 per 8 yaitu 2/16, 3/24, 4/32, 5/40, 6/48, 7/56, 8/64, 9/72, 10/80, 11/88, 12/96, ...

29. Pecahan senilai 1/9 ( satu per sembilan )
Pecahan yang senilai dengan 1 per 9 yaitu 2/18, 3/27, 4/36, 5/45, 6/54, 7/63, 8/72, 9/81, 10/90, 11/99, ...

30. Pecahan senilai 2/9 ( dua per sembilan )
Pecahan yang senilai dengan 2 per 9 yaitu 4/18, 6/27, 8/36, 10/45, 12/54, 14/63, 16/72, 18/81, 20/90, 22/99, ...

31. Pecahan senilai 3/9 ( tiga per sembilan )
Pecahan yang senilai dengan 3 per 9 sama dengan pecahan yang senilai dengan 1/3

32. Pecahan senilai 4/9 ( empat per sembilan )
Pecahan yang senilai dengan 4 per 9 yaitu 8/18, 12/27, 16/36, 20/45, 24/54, 28/63, 32/72, 36/81, 40/90, 44/99, ...

33. Pecahan senilai 5/9 ( lima per sembilan )
Pecahan yang senilai dengan 5 per 9 yaitu 10/18, 15/27, 20/36, 25/45, 30/54, 35/63, 40/72, 45/81, 50/90, 55/99, ...

34. Pecahan senilai 6/9 ( enam per sembilan )
Pecahan yang senilai dengan 6 per 9 sama dengan pecahan yang senilai dengan 2/3

35. Pecahan senilai 7/9 ( tujuh per sembilan )
Pecahan yang senilai dengan 7 per 9 yaitu 14/18, 21/27, 28/36, 35/45, 42/54, 49/63, 56/72, 63/81, 70/90, 77/99, ...

36. Pecahan senilai 8/9 ( delapan per sembilan )
Pecahan yang senilai dengan 8 per 9 yaitu 16/18, 24/27, 32/36, 40/45, 48/54, 56/63, 64/72, 72/81, 80/90, 88/99, ...

37. Pecahan senilai 1/10 ( satu per sepuluh )
Pecahan yang senilai dengan 1 per 10 yaitu  2/20, 3/30, 4/40, 5/50, 6/60, 7/70, 8/80, 9/90, ...

38. Pecahan senilai 2/10 ( dua per sepuluh )
Pecahan yang senilai dengan 2 per 10 sama dengan pecahan senilai 1/5

39. Pecahan senilai 3/10 ( tiga per sepuluh )
Pecahan yang senilai dengan 3 per 10 yaitu  6/20, 9/30, 12/40, 15/50, 18/60, 21/70, 24/80, 27/90, ...

40. Pecahan senilai 4/10 ( empat per sepuluh )
Pecahan yang senilai dengan 4 per 10 sama dengan pecahan senilai 2/5 

41. Pecahan senilai 5/10 ( lima per sepuluh )
Pecahan yang senilai dengan 5 per 10 sama dengan pecahan senilai 1/2

42. Pecahan senilai 6/10 ( enam per sepuluh )
Pecahan yang senilai dengan 6 per 10 sama dengan pecahan senilai 3/5

43. Pecahan senilai 7/10 ( tujuh per sepuluh )
Pecahan yang senilai dengan 7 per 10 yaitu  14/20, 21/30, 28/40, 35/50, 42/60, 49/70, 56/80, 63/90, ...

44. Pecahan senilai 8/10 ( delapan per sepuluh )
Pecahan yang senilai dengan 8 per 10 sama dengan pecahan senilai 4/5

45. Pecahan senilai 9/10 ( sembilan per sepuluh )
Pecahan yang senilai dengan 9 per 10 yaitu  18/20, 27/30, 36/40, 45/50, 54/60, 63/70, 72/80, 81/90, ...

Demikian Pengertian, Contoh, Cara Mencari, dan Daftar Lengkap Pecahan Senilai. Semoga bermanfaat.  Lihat juga Materi Matematika Tentang Bilangan Bulat Lengkap
Sifat-Sifat Bangun Datar Dalam Materi Matematika

Sifat-Sifat Bangun Datar Dalam Materi Matematika

Sifat-Sifat Bangun Datar Segitiga, Persegi, Persegi Panjang, Trapesium, Jajar Genjang, Lingkaran, Belah Ketupat, dan Layang-Layang-Untuk mengetahui sifat-sifat dari beberapa bangun datar tersebut silahkan simak sebagai berikut :
Sifat-Sifat Bangun Datar Segitiga, Persegi, Persegi Panjang, Trapesium, Jajar Genjang, Lingkaran, Belah Ketupat, dan Layang-Layang
1. Sifat-sifat Segitiga.
Secara umum segitiga mempunyai 3 sifat yakni mempunyai tiga sisi, tiga sudut, dan jumlah besar ketiga sudutnya adalah 180 derajat.  

Berdasarkan panjang sisinya, segitiga dibedakan menjadi 3 jenis yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, dan segitiga sembarang. Sedangkan berdasarkan besar sudutnya, segitiga dikelompokkan menjadi 3 jenis juga yakni segitiga siku-siku, segitiga lancip, dan segitiga tumpul.
  • Sifat-sifat segitiga sama sisi yaitu memiliki 3 sisi yang panjangnya sama dan memiliki 3 sudut yang sama besar.
  • Sifat-sifat segitiga sama kaki yaitu memiliki 2 sisi sama panjang dan 2 sudut sama besar.
  • Sifat-sifat segitiga sembarang yaitu ketiga sisinya tidak sama panjang dan ketiga sudutnya tidak sama besar.
  • Sifat segitiga siku-siku yaitu salah satu sudutnya siku-siku
  • Sifat segitiga lancip yaitu ketiga sudutnya kurang dari 90 derajat
  • Sifat segitiga tumpul yaitu salah satu sudutnya besarnya lebih dari 90 derajat
2.  Sifat-sifat Persegi
  • memiliki empat sisi 
  • semua sisinya/keempat sisinya sama panjang
  • memiliki 4 sudut siku-siku
3. Sifat-sifat Persegi Panjang
  • persegi panjang merupakan bangun segi empat
  • memiliki 4 titik sudut
  • keempat sudutnya berupa sudut siku-sikumempunyai dua pasng sisi yang sejajar
  • pasanagn sisi yang sejajar sama panjang
    4. Sifat-sifat Trapesium
    •  trapesium termasuk segi empat sehingga memiliki empat sisi, dua di antaranya sejajar
    • memiliki empat sudut
    • jumlah besar sudut yang berdekatan di antara sisi sejajar 180 derajat
    • jumlah besar keempat sudutnya 360 derajat
    5. Sifat-sifat Jajargenjang
    • memiliki empat sisi
    • sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang
    • memiliki 2 sudut lancip
    • memiliki 2 sudut tumpul
    • keempat sudutnya tidak siku-siku
    • mempunyai dua simetri putar 
    • tidak memiliki simetri lipat
    • kedua diagonalnya saling membagi dua ruas garis sama panjang
    6. Sifat Lingkaran
    • jarak setiap titik pada sisi dengan pusat lingkaran selalu sama
    7. Sifat-sifat Belah Ketupat
    • memiliki 4 sisi sama panjang
    • keempat sudutnya tidak siku-siku
    • kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus dan saling membagi dua sama panjang
    • diagonalnya merupakan sumbu simetri
    8. Sifat-sifat  Layang-layang
    • memiliki 4 sisi; dua sisi yang berdekatan sama panjang
    • memiliki sepasang sudut yang sama besardiagonalnya berpotongan tegak lurus dan salah satunya sebagai sumbu simetri
        Demikian tentang Sifat-sifat Bangun Datar. Semoga bermanfaat Lihat juga Contoh Soal dan Pembahasan Luas Persegi Panjang
          Cara Mengubah Pecahan Biasa menjadi  Bentuk Pecahan Desimal

          Cara Mengubah Pecahan Biasa menjadi Bentuk Pecahan Desimal

          Cara Mengubah Pecahan Biasa menjadi  Bentuk Pecahan Desimal
          Bagaimana cara mudah mengubah bilangan pecahan biasa ke pecahan desimal?, cara termudah untuk mengubah pecahan biasa menjadi bentuk pecahan desimal adalah dengan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan senilai, yakni penyebut pecahan dijadikan persepuluhan, perseratusan, perseribuan, dan seterusnya.

          A. Cara mengubah pecahan biasa persepuluhan, perseratusan, perseribuan  menjadi pecahan desimal

          Perhatikan contoh perubahan bilangan pecahan biasa menjadi desimal sebagai berikut:

          1. Contoh pecahan persepuluhan menjadi pecahan desimal

          1/10 artinya 1 dibagi 10 sama dengan 0,1
          14/10 artinya 14 dibagi 10 sama dengan 1,4
          27/10 artinya 27 dibagi 10 sama dengan 2,7
          98/10 artinya 98 dibagi 10 sama dengan 9,8
          113/10 artinya 113 dibagi 10 sama dengan 11,3
          978/10 artinya 978 dibagi 10 sama dengan 97,8
          1114/10 artinya 1114 dibagi 10 sama dengan 111,4

          Dari contoh di atas dapat diambil kesimpulan tentang ketentuan sebagai berikut:
          • jika penyebutnya angka 10 maka pada bentuk desimalnya ada satu angka di belakang koma
          • jika pembilang berupa satuan (angka 1-9 ) maka bentuk pecahan desimalnya berupa nol koma angka itu sendiri, seperti 2/10 = 0,2 ;  3/10 = 0, 3, dan seterusnya sampai 9/10 = 0,9.
          • jika pembilangnya berupa angka puluhan maka bentuk desimalnya bisa dilakukan hanya dengan meletakkan koma di tengah angka tersebut, seperti 11/10 = 1,1 ; 12/10 = 1,2 ; 21/10 = 2,1 ; dan seterusnya sampai 99/10 = 9,9.
          • jika pembilangnya berupa angka ratusan maka bentuk desimalnya dapat dilakukan hanya dengan meletakkan koma setelah angka yang menempati tempat puluhan, seperti 111/10 = 11,1 ; 121/10 = 12,1 ; 234/10 = 23,4 ; dan seterusnya sampai 999/10 = 99, 9
          • untuk yang pembilangnya berupa angka ribuan maka caranya sama seperti yang pembilangnya ratusan yakni dengan meletakkan koma setelah angka yang menempati nilai puluhan, contoh: 1.111/10 = 111,1 ; 2.345/10 = 234,5 ; dan seterusnya sampai 9.999/10 = 999,9
          2. Contoh pecahan perseratusan menjadi pecahan desimal

          1/100 = 1 : 100 = 0, 01
          16/100 = 16 : 100 = 0,16
          34/100 = 34 : 100 = 0,34
          82/100 = 82 : 100 = 0, 82
          125/100 = 125 : 100 = 1, 25
          864/100 = 864 : 100 = 8, 64
          1.256/100 = 1.256 : 100 = 12, 56
          11.345/100 = 11.345 : 100 = 113, 45

          Dari contoh di atas dapat diambil kesimpulan tentang ketentuan sebagai berikut:
          • jika penyebutnya angka 100 maka pada bentuk desimalnya ada dua angka di belakang koma
          • jika pembilang berupa satuan (angka 1-9 ) maka bentuk pecahan desimalnya berupa nol koma nol yang angka itu sendiri, seperti 3/100 = 0,02 ;  3/100 = 0, 03, dan seterusnya sampai 9/100 = 0,09.
          • jika pembilangnya berupa angka puluhan maka bentuk desimalnya adalah nol koma bilangan itu sendiri, seperti 11/100 = 0,11 ; 12/100 = 10, 12 ; 21/100 = 20,21 ; dan seterusnya sampai 99/100 = 0,99.
          • jika pembilangnya berupa angka ratusan maka bentuk desimalnya dapat dilakukan hanya dengan meletakkan koma setelah angka yang menempati tempat ratusan, seperti 111/100 = 1, 11 ; 121/100 = 1, 21 ; 234/100 = 2, 34 ; dan seterusnya sampai 999/100 = 9, 99.
          • untuk yang pembilangnya berupa angka ribuan maka caranya sama seperti yang pembilangnya ratusan yakni dengan meletakkan koma setelah angka yang menempati nilai tempat ratusan, contoh: 1.111/100 = 11, 11 ; 2.345/100 = 23, 45 ; dan seterusnya sampai 9.999/100 = 99 ,99
          3. Contoh pecahan perseribuan menjadi pecahan desimal

          1/1000 = 1 : 1000 = 0, 001
          4/1000 = 4 : 1000 = 0, 004
          17/1000 = 17 : 1000 = 0, 017
          43/1000 = 43 : 1000 = 0, 043
          135/100 = 135 : 1000 = 0, 135
          2143/1000 = 2143 : 1000 = 2, 143
          26.567/1000 = 26.567 : 1000 = 26, 567

          Dari contoh di atas dapat diambil kesimpulan tentang ketentuan sebagai berikut:
          • jika penyebutnya angka 1000 maka pada bentuk desimalnya ada tiga angka di belakang koma
          • jika pembilang berupa satuan (angka 1-9 ) maka bentuk pecahan desimalnya berupa nol koma nol nol dan angka itu sendiri, seperti 2/1000 = 0,002 ;  3/1000 = 0, 003, dan seterusnya sampai 9/1000 = 0,009.
          • jika pembilangnya berupa angka puluhan maka bentuk desimalnya adalah nol koma nol dan angka itu sendiri, seperti 11/100 = 0,011 ; 12/1000 = 10,012 ; 21/1000 = 0,021 ; dan seterusnya sampai 99/1000= 0,099.
          • jika pembilangnya berupa angka ratusan maka bentuk desimalnya adalah nol koma angka itu sendiri seperti 111/1000 = 0,111 ; 121/1000 =0, 121 ; 234/1000 = 0, 234 ; dan seterusnya sampai 999/1000 = 0,999
          • jika pembilangnya berupa angka ribuan maka bentuk desimalnya dapat dilakukan hanya dengan cara meletakkan koma setelah angka yang menempati nilai tempat ribuan, contoh: 1.001/1000 = 1, 001 ; 1.111/1000 = 1,111 ; 2.345/1000 = 2,345 ; dan seterusnya sampai 9.999/1000 = 9, 999
          B. Cara Mudah Mengubah Pecahan Biasa menjadi Pecahan Desimal

          Jika angka penyebutnya adalah angka 10, 100, 1.000, dan seterusnya, saya yakin untuk mengubah pecahan biasa menjadi desimal sangat mudah dilakukan dengan cara tersebut di atas. Bagaimana cara mengubah pecahan biasa ke desimal jika pecahan biasanya bukan pecahan persepuluh, perseratus, perseribu, dan seterusnya?, atau dalam kata lain jika penyebutnya bukan angka 10,100, 1000, dan seterusnya ?, jawabannya adalah dengan cara mengubah pecahan desimal tersebut menjadi pecahan persepuluhan, jika dengan persepuluhan tidak jadi maka ubahlah dengan perseratusan dan/atau perseribuan dan seterusnya.

          Contoh soal tentang mengubah pecahan biasa yang penyebutnya bukan angka 10, 100, dan/atau 1000 menjadi pecahan desimal

          1.  Ubahlah pecahan 1/2 dan 4/5  menjadi pecahan desimal!

          a. 1/2 x 5 = 5/10 = 0,5
          • cari pecahan yang senilai dengan 1/2
          • coba bagi angka 10 dengan angka penyebut ( 10 : 2 = 5 )
          • kalikan pecahan biasa dengan hasil dari pembagian tersebut ( 1/2 x 5 )
          • jadikan pecahan yang sudah dalam bentuk persepuluhan menjadi pecahan desimal dengan memperhatikan cara di atas ( 5/10 = 0, 5 ).
          b. 4/5 x 2 = 8/10 = 0,8

          2.  Ubahlah pecahan 3/4  menjadi pecahan desimal!
          • 3/4 x 2,5 = 7,5/10 = 0, 75
          • 3/4 x 25 = 75/100 = 0,75 
          3.  Ubahlah pecahan 1/4, 1/3 , dan 2/3 menjadi pecahan desimal!
          • 1/4 x  2,5 = 2,5/10 = 0, 25 dan/atau 1/4 x 25 = 25/100 = 0, 25
          • 1/3 x 3,3 = 3,3/10 = 0, 33 dan/atau 1/3 x 33 = 33/100 = 0, 33
          • 2/3 x 3,3 = 6,6/10 = 0, 66 dan/atau 2/3 x 33 = 66/100 = 0, 66

          C. Daftar hasil pecahan biasa ke desimal dengan pembilang angka 1-8 dan  penyebut angka 2-9
          • 1/2 = 2/10 =  0,5
          • 1/3 = 0,333…
          • 2/3 = 0,666…
          • 1/4 = 25/100 = 0, 25
          • 2/4 = 1/2 = 0,5
          • 3/4 = 75/100 = 0,75
          • 1/5 = 2/10 = 0,2
          • 2/5 =  4/10 = 0,4
          • 3/5 = 6/10 =  0,6
          • 4/5 = 8/10 =  0,8
          • 1/6 = 0,1666…
          • 2/6 = 1/3 = 0,333…
          • 3/6 = 1/2 = 2/10 = 0,5
          • 4/6 = 2/3 = 0,666…
          • 5/6 = 0,8333…
          • 1/7 = 0,142857…
          • 2/7 = 0,285714…
          • 3/7 = 0,428571…
          • 4/7 = 0,571428…
          • 5/7 = 0,714285…
          • 6/7 = 0,857142…
          • 1/8 = 125/1000 =  0,125
          • 2/8 = 1/4 = 25/100 =  0,25
          • 3/8 = 0,375
          • 4/8 = 1/2 = 2/10 =  0,5
          • 5/8 = 0,625
          • 6/8 = 3/4 = 0,75
          • 7/8 = 0,875
          • 1/9 = 0,111…
          • 2/9 = 0,222…
          • 3/9 = 0,333…
          • 4/9 = 0,444…
          • 5/9 = 0,555…
          • 6/9 = 0,666…
          • 7/9 = 0,777…
          • 8/9 = 0,888…
          Demikian tentang  Cara Praktis Mengubah Pecahan Biasa menjadi Bentuk Pecahan Desimal. Semoga bermanfaat. Lihat juga Contoh Soal FPB dan Penyelesaiannya Lengkap
            Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat

            Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat

            Cara Menentukan Hasil Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat Positif dan Negatif- Sahabat pembaca, agar dalam menentukan hasil operasi hitung perkalian atau pembagian bilangan bulat positif dan atau negatif tidak bingung hasil akhinya berupa bilangan positif atau negatif maka sebelum mengerjakan suatu soal harus mengetahui cara termudahnya ( ketentuannya ) yakni dengan pengetahuan prasyarat sebagai berikut :
            A. Hasil Operasi Hitung perkalian dan pembagian antara dua bilangan bulat yang bertanda sama maka hasilnya adalah berupa bilangan positif.

            1. Perkalian
            a. Positif kali positif hasilnya adalah berupa bilangan positif ( + X + = + )
            Contoh:
            • 4 X  6 = 24
            • 7 X  5 = 35
            • 3 X 13= 39
            b. Negatif kali negatif hasilnya adalah berupa bilangan positif  ( - X - = + )
            Contoh:
            • - 5 X - 8 = 40
            • - 6 X - 7 = 42
            • - 7 X - 8 = 56
            2. Pembagian
            a. Positif dibagi positif hasilnya adalah berupa bilangan positif ( + :  + = + )
            Contoh:
            • 36 : 3 = 12
            • 24 : 4 =  6
            • 12 : 3 =  4

            b. Negatif bagi negatif hasilnya adalah berupa bilangan positif  ( - :  -  = + )
            Contoh:
            • - 56 : - 7 = 8
            • - 63 : - 9 = 7
            • - 25 : - 5 = 5
            B. Hasil Operasi Hitung perkalian dan pembagian antara dua bilangan bulat yang tandanya berbeda  maka hasilnya adalah berupa bilangan negatif.

            1. Perkalian
            a. Positif kali negatif hasilnya adalah berupa bilangan negatif ( + X - = - )
            Contoh:
            • 7 X - 4 = -28
            • 8 X  -5 = -40
            • 9 X -6= - 54
            b. Negatif kali positif hasilnya adalah berupa bilangan negatif  ( - X + = - )
            Contoh:
            • - 4 X  7 =  - 28
            • - 5 X  8 =  - 40
            • - 6 X   9 =  - 54
            2. Pembagian
            a. Positif dibagi negatif hasilnya adalah berupa bilangan negatif ( + :  -  = - )
            Contoh:
            • 36 : - 3 = - 12
            • 24 : - 4 =  - 6
            • 12 : - 3 =  - 4
            b. Negatif bagi positif hasilnya adalah berupa bilangan negatif  ( - :  +  = - )
            Contoh:
            • - 56 : 7 = - 8
            • - 63 : 9 = - 7
            • - 25 : 5 = - 5
            C. Cara Mengerjakan Operasi Hitung Campuran antara Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat Positif dan Negatif 

            Operasi hitung campuran adalah pengerjaan hitung yang melibatkan paling sedikit dua pengerjaan hitung. Adapun urutan dalam mengerjakan operasi hitung campuran perkalian dan pembagian adalah sebagai berikut:

            1. Pengerjaan hitung bilangan yang berada di dalam kurung didahulukan

            Contoh:

            a. 100 : (  5 X 10 ) = ....
            Penyelesainnya:
            100 : ( 5 X 10 ) = 100 : 50    ( yang dalam kurung dikerjakan dulu yakni 5 X 10 = 50 )
                                     = 2

            b. - 100 X ( 10 : 5 ) = ....
            Penyelesainnya:
            - 100 X ( 10 : 5 ) = - 100 X 2  ( yang dalam kurung dikerjakan dulu yakni 10 : 5 = 2 )
                                        = - 200         ( ingat, negatif kali positif hasilny berupa bilangan negatif )

            2. Perkalian dan Pembagian sama kuat kedudukan atau derajatnya maka kerjakan dulu yang di sebelah kiri atau depan baik perkaliannya yang di depan maupun pembagiannya.

            Contoh:

            a. 100 : 5 X 10  = ....
            Penyelesainnya:
            100 : 5 X 10  = 20 X 10   ( kerjakan yang depan/kiri dulu yakni 100 : 5 = 20 )
                                  = 200

            b. - 100 X 10 : 5 = ....
            Penyelesainnya:
            - 100 X  10 : 5  = - 1.000 : 5 ( kerjakan yang depan/kiri dulu yakni -100 X 10 = -1.000 )
                                     = - 200         ( ingat, negatif dibagi positif hasilny berupa bilangan negatif )

            baca juga Rumus Matematika Untuk Menghitung Kecepatan
            Sifat-Sifat Berbagai Macam Bangun Ruang Lengkap

            Sifat-Sifat Berbagai Macam Bangun Ruang Lengkap

            Pengertian dan Sifat-Sifat Berbagai Macam Bangun Ruang Lengkap Meliputi Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus, Balok, Bola, Tabung, Kerucut, Limas Segitiga, Limas Segiempat, Limas Segilima, Limas Segienam, Limas Segitujuh, Prisma Segitiga, dan Prisma Segilima. Bangun ruang adalah bangun matematika yang memiliki isi ataupun volume. Bagi pembaca yang sedang mencari tentang cara menentukan bangun ruang berdasarkan sifatnya, silakan baca sifat-sifat berbagai macam bangun ruang di halaman blog ilmu-matematika.com ini.

            1. Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus 
            a. Pengertian Kubus
            Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang kongruen berbentuk bujur sangkar. Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Kubus juga disebut bidang enam beraturan, selain itu juga merupakan bentuk khusus dalam prisma segiempat.

            b. Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus
            Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus
              
            Bangun ruang kubus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki 6 sisi berbentuk persegi yang ukurannya sama luas
            • memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang
            • memiliki 8 titik sudut
            • memiliki 4 buah diagonal ruang
            • memiliki 12 buah bidang diagonal 

            2. Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Balok
            a. Pengertian Balok
            Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang di antaranya berukuran berbeda. Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Balok yang dibentuk oleh enam persegi sama dan sebangun disebut sebagai kubus.

            b. Sifat-Sifat Bangun Ruang Balok
            Sifat-Sifat Balok
             
            Bangun ruang balok memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki 4 sisi  berbentuk persegi panjang ( 2 pasang persegi panjang yang ukurannya sama )
            • memiliki 2 sisi yang bentuknya sama ( 1 pasang persegi panjang dengan ukurannya sama namun berbeda ukuran dengan 2 pasang persegi panjang yang lain )
            • memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang
            • memiliki 8 titik sudut

            3. Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Bola
            a. Pengertian Bangun Ruang Bola
            Dalam geometri, bola adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tak hingga lingkaran berjari-jari sama panjang dan berpusat pada satu titik yang sama. Bola hanya memiliki 1 sisi.

            b. Sifat-Sifat Bangun Ruang Bola
            Bangun ruang bola memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki 1 sisi
            • memiliki 1 titik pusat
            • tidak memiliki titik sudut
            • memiliki jari-jari yang tak terhingga dan semuanya sama panjang
            4. Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Tabung
            a. Pengertian Bangun Ruang Tabung
            Dalam geometri, tabung atau silinder adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh dua buah lingkaran identik yang sejajar dan sebuah persegi panjang yang mengelilingi kedua lingkaran tersebut. Tabung memiliki 3 sisi dan 2 rusuk. Kedua lingkaran disebut sebagai alas dan tutup tabung serta persegi panjang yang menyelimutinya disebut sebagai selimut tabung.

            b. Sifat-Sifat Bangun Ruang Tabung 
            Sifat-Sifat Tabung
               
            Bangun ruang tabung memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki 3 sisi  ( 2 sisi berbentuk lingkaran dan 1 sisi berupa selimut tabung )
            • memiliki 2 rusuk
            5. Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Kerucut
            a. Pengertian Bangun Ruang Kerucut
            Dalam geometri, kerucut adalah sebuah limas istimewa yang beralas lingkaran. Kerucut memiliki 2 sisi dan 1 rusuk. Sisi tegak kerucut tidak berupa segitiga tapi berupa bidang miring yang disebut selimut kerucut.

            b. Sifat-Sifat Bangun Ruang Kerucut
            Sifat-Sifat Kerucut
            Bangun ruang kerucut  memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki 2 sisi ( 1 sisi merupakan alas yang berbentuk lingkaran dan 1 sisinya lagi berupa sisi lengkung atau selimut kerucut )
            • memiliki 1 rusuk
            • memiliki 1 titik sudut

            6.  Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Limas
            Dalam geometri, limas adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas berbentuk segi-n dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga. Limas memiliki n + 1 sisi, 2n rusuk dan n + 1 titik sudut. Kerucut dapat disebut sebagai limas dengan alas berbentuk lingkaran.

            a. Sifat-Sifat Bangun Ruang Limas Segitiga
            Sifat-Sifat Limas Segitiga

            Bangun ruang limas segitiga memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki 4 sisi yang berbentuk segitiga ( 1 merupakan alas  yang berbentuk segitiga.dan 3 sisi tegak )
            • memiliki 6  rusuk ( 3 pasang rusuk)
            • memiliki 4 titik sudut ( 3 sudut berada di bagian alas dan 1 sudut berada di bagian atas yang merupakan titik puncak )
            b. Sifat-Sifat Bangun Ruang Limas Segiempat
            Sifat-Sifat Limas Segiempat
             Bangun ruang limas segiempat memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki 5 sisi ( 1 sisi berbentuk segiempat yang merupakan alas dan 4 sisi lainnya semuanya berbentuk segitiga serta merupakan sisi tegak )
            • memiliki 8  rusuk
            • memiliki 5 titik sudut ( 4 sudut berada di bagian alas dan 1 sudut berada di bagian atas yang merupakan titik puncak )

            c. Sifat-Sifat Bangun Ruang Limas Segilima
            Bangun ruang limas segilima memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki alas berbentuk segienam
            • memiliki 6 sisi
            • memiliki 10  rusuk
            • memiliki 6 titik sudut
            d. Sifat-Sifat Bangun Ruang Limas Segienam
            Bangun ruang limas segienam memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki alas berbentuk segienam
            • memiliki 7 sisi
            • memiliki 12  rusuk
            • memiliki 1 titik sudut 
            e. Sifat-Sifat Bangun Ruang Limas Segitujuh
            Bangun ruang limas segitujuh memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
            • memiliki alas berbentuk segietujuh
            • memiliki 8 sisi
            • memiliki 14  rusuk
            • memiliki 1 titik sudut

            7.  Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Prisma
            Dalam geometri, prisma adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas dan tutup identik berbentuk segi-n dan sisi-sisi tegak berbentuk persegi atau persegi panjang. Dengan kata lain prisma adalah bangun ruang yang mempunyai penampang melintang yang selalu sama dalam bentuk dan ukuran. Prisma segi-n memiliki n + 2 sisi, 2n titik sudut, dan 3n rusuk. Prisma dengan alas dan tutup berbentuk persegi disebut balok sedangkan prisma dengan alas dan tutup berbentuk lingkaran disebut tabung.

            a. Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Prisma Segitiga 
            Prisma segitiga adalah prisma yang bentuk 2 alasnya ( 1 alas bawah dan 1 alas atas yang disebut atap )  berbentuk segitiga.
            Sifat-Sifat Bangun Ruang Prisma Segitiga

            Bangun ruang prisma segitiga memiliki Sifat-Sifat sebagai berikut :
            • memiliki bidang alas dan bidang atas berupa segitiga yang kongruen ( 2 alas tersebut juga merupakan sisi prisma segitiga )
            • memilki 5 sisi ( 2 sisi berupa alas atas dan bawah, 3 sisi lainnya merupakan sisi tegak yang semuanya berbentuk segitiga)
            • memiliki  9 rusuk
            • memiliki 6 titik sudut
            b. Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Prisma Segilima
            Prisma segilima adalah prisma yang alas dan atapnya berbentuk segilima.
            Sifat-Sifat Bangun Ruang Prisma Segilima

            Bangun ruang prisma segitlima memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
            • memiliki bidang alas dan bidang atas berupa segitiga yang kongruen ( 2 alas tersebut juga merupakan sisi prisma segitiga )
            • memilki 7 sisi ( 2 sisi berupa alas atas dan bawah, 5 sisi lainnya merupakan sisi tegak yang semuanya berbentuk segitiga)
            • memiliki  15 rusuk
            • memiliki 10 titik sudut
            Demikian tentang Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus, Balok, Bola, Tabung, Kerucut. Limas Segitiga-Segiempat-Segilima-Segienam-Segitujuh, dan Prisma Segitiga-Segilima. Semoga bermanfaat. baca jugA  Penjelasan Jenis-jenis Akar Persamaan Kuadrat
            Cara Menyelesaikan Soal Cerita tentang Operasi Hitung Campuran Bilangan Cacah

            Cara Menyelesaikan Soal Cerita tentang Operasi Hitung Campuran Bilangan Cacah

            Cara Menyelesaikan Soal Cerita yang Berkaitan dengan Operasi Hitung Campuran Bilangan Cacah-Sebelumnya saya telah berbagi tentang Cara Menentukan Hasil Operasi Hitung Bilangan Cacah dan Bank Soalnya, kali ini saya akan berbagi tentang Soal Cerita yang terkait operasi hitung campuran bilangan cacah. Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengerjakannya adalah paling tidak sudah menguasai beberapa keterampilan matematika seperti keterampilan berhitung perkalian 1-100 musti sudah di luar kepala, keterampilan  menjumlahkan menyimpan, terampil mengurangkan meminjam,  terampil perkalian bersusun ke bawah, terampil pembagian, dan terampil membuat kalimat matematika, serta meahami prinsip operasi hitung campuran.
            Baca  juga: Pembahasan Rumus Integral Subtitusi dan Integral Persial
            Soal Cerita sering menjadi momok para Siswa khususnya bagi para siswa SD padahal soal cerita sebenarnya soal yang mengasyikan, akan tetapi memang dalam mengerjakan soal cerita harus sudah memiliki dasar keterampilan matematika seperti yang saya sebutkan di atas. Selain keterampilan matematika, keterampilan Bahasa Indonesia juga tidak kalah pentingnya karena apabila mengerjakan soal cerita akan tetapi pemahaman tentang ilmu bahasa Indonesianya kurang mahir maka akan menjadi salah satu penghambat dalam memahami soal, sebagai contoh apabila siswa kemampuan membacanya dalam hal ini intonasi membacanya masih kurang maka dalam meresapi soal cerita menjadi kurang maksimal juga. Adapun Cara Menyelesaikan Soal Cerita tentang Operasi Hitung  Campuran Bilangan  Cacah diantaranya sebagai berikut :
            1. Baca dengan seksama dan berulang kali sehingga kalimat perintah/pertanyaan benar-benar dipahami. Operasi Hitung Penjumlahan,biasanya pada soal cerita yang memuat kata/kalimat dibelikan/membeli lagi, diberi, ditambah, dan kata-kata sejenisnya. Operasi Hitung Pengurangan biasanya terdapat pada soal cerita dalam bentuk kata diberikan, dikurangi, dimakan, pecah, hilang, dan kata-kata sejenisnya. Pembagian biasanya terdapat pada soal cerita dalam kata/kalimat dibagikan, dibagikan sama banyak, dimasukkan sama banyak, dan kata/kalimat sejenisnya. Perkalian biasanya ada pada soal cerita dalam kata/kalimat setiap, masing-masing berisi, dan kata-kata sejenisnya.
            2. Setelah paham tentang pertanyaan yang ada pada soal cerita, maka tulislah soal cerita tersebut ke dalam bentuk soal/kalimat matematika.
            3. Kerjakan sesuai ketentuan pengerjaan operasi hitung campuran.
            Bank Soal tentang Operasi Hitung Campuran Bilangan Cacah :
            1. Mas Afri memiliki 16 kantong kelereng. Setiap kantong berisi 15 butir kelereng. Kelereng-kelereng tersebut dibagikan kepada 12 temannya. Jika semua kelereng dibagikan sama banyak, maka setiap temannya akan menerima ... kelereng.
            2. Kemarin Bu Eka membeli gula pasir 60 kg, kemudian  hari ini membeli lagi 75 kg. Bu Emon berencana membagikan semua gula pasir yang telah dibeli tersebut sama banyak kepada tetangga yang membutuhkan. Jika jumlah orang yang mendapat bagian dari bu Emon ada  15 orang, maka gula pasir yang diterima oleh setiap orang adalah ...kg.
            3. Amin mempunyai 5 bungkus permen. Seiap bungkus berisi 36 butir prmen. Permen tersebut dibagikan sama banyak kepada 45 temannya. Setiap teman Amin memperoleh ... butir.
            4. Pak Ridwan mempunyai persediaan 20 rambutan. Beliau membeli lagi 5 kardus rambutan. Seiap kardus berisi 108 rambutan. Semua rambutan akan dikemas kembali dalam kantong plastik. Jika setiap kantong plastik berisi 10 rambutan, banyak kantong plastik yang diperlukan ada ... kantong.
            5. Hari ini Bu Salma memanen buah mangga sebanyak 24 keranjang. Setiap keranjang berisi 18 buah mangga. Sebanyak 13 keranjang dijual ke Pak Trisno, sisanya akan dijual ke pasar. Banyak buah mangga yang akan dijual di pasar adalah ... buah.
            Pengertian dan Cara Termudah Menentukan Bilangan Prima

            Pengertian dan Cara Termudah Menentukan Bilangan Prima

            Menurut wikipedia, bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari angka 1, yang faktor pembaginya adalah 1 dan bilangan itu sendiri. Sebagai contoh, 2 dan 3 adalah bilangan prima karena 2 hanya memiliki 2 faktor yakni 1 dan 2. Tiga ( 3 ) juga termasuk bilangan prima karena faktornya hanya 1 dan 3. Empat (4) bukan bilangan prima karena 4 memiliki 3 faktor pembagi yakni 1, 2, dan 4. Sepuluh bilangan prima yang pertama adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, dan 29.

            Untuk mempermudah kita dalam menentukan mana yang bilangan prima dan mana yang bukan bilangan prima dapat dilakukan dengan cara yang praktis dan mudah yakni dengan cara menambahkan angka 6 pada bilangan prima yang ke-3 ( 5 ) dan ke-4 ( 7 ) dengan syarat apabila ada hasil dari bilangan prima ditambah 6 adalah bilangan yang habis jika dibagi 5 dan atau dibagi 7 maka pasti itu bukan bilangan prima.

            Mari kita coba menjumlahkan bilangan prima yang ke-3 ( 5 ) dengan angka 6, jadi angka 2 dan 3 dilewati sehingga yang ditambahkan dengan angka 6 yaitu angka 5 kemudian angka 7 dengan cara sesuka hati kita.

            Contoh :
            5 + 6 = 11, 11 tidak dapat dibagi 5 maupun 7, 11 hanya memiliki 2 faktor yakni 1 dan 11
            11 + 6 =17, 17 tidak dapat dibagi 5 maupun 7
            17+6, 23 + 6, dan seterusnya

            7 + 6 = 13
            13 + 6 = 19
            19 + 6 = 25, angka 25 dapat dibagi 5 dan faktor dari 25 adalah 1, 5, dan 25 ( ada 3 faktor ), maka 25 adalah bukan bilangan prima.

            Untuk lebih jelasnya silahkan amati penjumlahan pada gambar di bawah ini :
            Bilangan Prima
            Keterangan :
            • 25 bukan bilangan prima karena memiliki lebih dari 2 faktor, dalam bahasan ini angka 25 dapat dibagi 5
            • 35 bukan bilangan prima karena memiliki 4 faktor yakni 1, 5, 7, dan 35, kalau dalam cara termudah mencari bilangan prima, karena 35 dapat dibagi 5 dan 7
            • 49 bukan bilangan prima karena dapat dibagi 7 
            • 55 bukan bilangan prima karena dapat dibagi 5
            • 65 bukan bilangan prima karena dapat dibagi 5
            • 77 bukan bilangan prima karena dapat dibagi 7
            • 77 + 6= .... dan seterusnya
            • 79 + 6 = .... dan seterusnya